Kamis, 18 Juni 2009

Mat and Dul

Sepi sudah suasana pusat handphone dikawasan Jakarta Utara tersebut. Hal ini bukan karena bangkrut tapi karena memang sudah saatnya pertokoan tersebut tutup. Saat ini jam dinding menunjukkan pukul 00.00, sudah tidak ada lagi suara hiruk pikuk para pengunjung, tidak ada lagi suara para pedagang yang berusaha mempengaruhi calon pembelinya "boleh mba,baru apa seken?", yang tersisa hanyalah toko tutup dan barang-barang didalamnya.

Di satu toko didalam kawasan tersebut ada penghuni lama yang kedatangan teman baru, penghuni lama tersebut adalah sebuah handphone jadul, kemampuannya hanya telepon, sms, dan game yang alakadarnya. Hp tersebut telah cukup lama menghuni etalase menunggu majikan baru yang akan memakainya, hp tersebut biasa dipanggil dengan sebutan "Dul" oleh pemilik toko tersebut dan hp-hp lainnya. Si Dul sering menjadi bahan tertawaan karena model dan fiturnya yang sudah ketinggalan zaman.

"Ini hp masih bagus loh, walaupun sudah agak ketinggalan zaman", ujar pemilik toko berusaha mempengaruhi pembelinya.

"Hahahahaha, yang bener aja koh, masa hp jadul gitu masih aja ditawarin ke saya, malu donk", ujar si calon pembeli.

Si Dul hanya bisa bersabar mendengar percakapan seperti itu, dia sadar diri bahwa memang kemampuannya yang sudah tidak mungkin untuk berkembang lagi.

Teman si Dul yang baru bernama Mat, dia hp masa kini yang mempunyai fitur-fitur canggih seperti bisa mengirim dan menerima e-mail, bisa memutar musik, bisa mengabadikan gambar, dan lain lain yang biasa terdapat didalam smart phone lainnya.

"Perkenalkan saya Mat, saya baru saja dijual oleh "majikan" saya karena dia sedang membutuhkan uang" Mat memperkenalkan diri kepada Dul.

Dengan nada bosan dan sedikit sinis si Dul menjawab " oh ya ya, saya Dul penghuni lama etalase ini".

Senyap.....tidak ada percakapan lagi.

Suasana tersebut terus berlanjut sampai Mat mengajukan pertanyaan "Dul, saya bingung dengan manusia...."

Dengan malas si Dul menjawab "kenapa memangnya?bukankah kamu sekarang sedang digilai oleh mereka?"

"Mereka membekali saya fitur-fitur canggih yang katanya dapat mendekatkan diri satu dengan yang lain seperti fasilitas e-mail, instant message, sms, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan hiburan mereka" lanjut Mat

"Trus kenapa?kamu mau pamer, mentang-mentang aku ga punya semua itu?"jawab si Dul sinis.

"Oh bukan, maaf tapi bukan itu maksudku, aku bingung karena banyaknya fitur-fitur didalam tubuhku yang dapat mereka gunakan untuk bertukar pesan dan informasi, apa mereka masih butuh tatap muka antara satu dengan lainnya?".

"Kadang aku melihat para manusia, majikanku yang dulu, ketika bertatap muka dengan teman dunia maya-nya malah hanya berbasa basi dan mengulang percakapan yang telah mereka jalin di pertukaran pesan lewat hp sepertiku, dan percakapan mereka terdengar dipaksakan dan basi" ujar Mat.

Si Dul mulai tertarik dengan percakapan Mat. Dia terus mendengarkan.

"Dan ketika dia ikut "nongkrong" dengan teman-temannya yang sedang bercakap-cakap, bersenda gurau dan sebagainya, dia malah asyik dengan teman-temannya didunia maya tanpa memperdulikan teman-teman nyatanya", tambah Mat.

"Sama sepertimu aku juga kadang bingung Mat, sebenarnya siapa mengendalikan apa atau apa mengendalikan siapa ya?"Dul mulai menanggapi dengan serius.

"Apakah Manusia yang mengendalikan teknologi atau sebaliknya?, soalnya jika kita lihat sekarang teknologi sudah bukanlah penunjang pemenuhan kebutuhan manusia tapi sebagai menu utama untuk mendapatkan kebutuhan mereka", tambah Dul.

"Waktu zamanku jaya dulu, hp memang sudah mendapatkan tempat penting dalam kebutuhan manusia tetapi tetap tidak bisa menggantikan keduduka tatap muka sebagai menu utama mereka, ketika manusia "nongkrong" mereka juga tetap asik dengan obrolan khas tongkrongan mereka tanpa ada yang asik sendiri dengan memegang hp dipojokan sambil asik dengan dunianya sendiri" Dul melanjutkan.

"Aku bukannya tidak mau mendapatkan posisi di kebutuhan utama manusia Dul, tapi aku kasihan dengan mereka yang selalu dan akan selalu tergantung kepada teknologi, tanpa berusaha mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka"Mat menimpali.

Percakapan itu harus berakhir karena sudah terdengar suara pintu terbuka dan mulai ada suara para pedagang yang bersiap untuk menjajakan dagangannya.

"Nanti malam jikalau kamu belum terjual kita lanjutkan lagi obrolan kita Mat".

"Pasti Dul, aku senang bercakap-cakap denganmu".

Tetapi tampaknya percakapan mereka tidak akan terjalin lagi karena Mat laku pada hari itu dan si Dul tetap menjadi penghuni etalase toko tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar